Roti Buaya di Cikarang – Masih banyak dibutuhkan mengingat termasuk ke dalam wilayah yang didiami suku Betawi Jawa Barat. Roti buaya bagi orang Betawi memiliki filosofi tinggi sehingga wajib hukumnya diserahkan pada acara pernikahan dari mempelaipria ke mempelai wanita. Roti buaya bukanlah sembarang roti karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Berikut ini asal usul pemilihan nama roti buaya yang berkembang di berbagai wilayah Indonesia khususnya roti buaya di Cikarang.
Pemilihan Roti
Banyak orang yang bertanya mengapa harus roti padahal banyak yang menganggap untuk acara syukuran dalam pernikahan kehadiran tumpeng saja sudah cukup. Pemilihan roti dibandingkan dengan bahan lain tentu saja mempunyai makna sendiri bagi orang Betawi. Pada zaman dahulu roti dianggap sebagai makanan berkelas dan hanya bisa dinikmati oleh orang tertentu saja. Roti dianggap sebagai simbol kebangsawanan seseorang dalam hidup di tanah Jawa. Apalagi dalam masa dahulu hidup mesih terdiri dari berbagai kasta sehingga yang berhak mengkonsumsi hanyalah kaum atas saja. Berangkat dari sinilah pilihan roti dibuat yakni sebagai simbol sebuah hidup layaknya bangsawan yang semuanya tercukupi. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan tersedia selama mengarungi kehidupan berumah tangga. Harapan tentunya dalam sebuah kehidupan rumah tangga senantiasa diberikan rezeki yan melimpah apalagi saat ini kebutuhan semakin naik dan tentu saja masalah ekonomi menjadi bahan serius untuk dibahas agar rumah tangga bisa tetap dalam kondisi yang stabil.
Kesetiaan Buaya
Berikutnya pemilihan buaya sebagai nama dan bentuk roti tersebut. Seringkali masyarakat mendengar kata buaya darat yang ditujukan untuk laki-laki mata keranjang yang tidak setia pada pasangannya. Lantas mengapa nama buaya masih dikaitkan dengan pernikahan padahal maknanya sudah negatif. Tentu saja embel-embel mempengaruhi perilaku juga karena buaya darat tercipta karena adanya air mata buaya sebagai kalimat konotatif negatifnya. Makna sebenarnya dipilih hewan buaya karena justru hewan tersebut yang paling setia pada pasangannya. Banyak peneliti mengungkapkan bahwa buaya hidup hanya dengan satu pasang saja dalam hidupnya. Buaya tidak akan meninggalkan buaya betina pasangannya untuk kawin dengan buaya yang lain. Kesetiaan buaya inilah yang membuatnya menjadi simbol pernikahan dengan harapan kehidupan yang panjang dan setia satu sama lainnya. Buaya jantan hanya akan kawin lagi jika buaya betina sudah mati dan anak-anaknya sudah besar. Kesetiaan buaya pada pasangannya ini juga yang mendasari keharusan adanya roti buaya dalam pernikahan khususnya yang memegang adat Betawi.
Ketangguhan Buaya
Buaya terkenal sebagai predator yang tangguh dalam menangkap mangsanya bahkan dia rela bersabar dalam waktu yang lama dalam posisi yang tetap hanya untuk mendapatkan mangsanya. Ketangguhan buaya ini juga dibuktikan dari bentuk fisik luarnya yang sangat keras dan sulit untuk dikoyak oleh siapapun. Apalagi buaya termasuk hewan yang bisa hidup di dua alam maka semakin membuatnya menakutkan dalam menangkap mangsanya. Simbol ketangguhan ini dipresentasikan pada roti buaya dan bentuk roti yang persis buaya sehingga harapannya penganti lelaki bisa memberikan perlindungan yang kuat pada pasangannya dalam menghadapi segala gangguan dan dalam kondisi apapun. Daya tahan buaya yang kuat menjadi simbol lelaki harus lebih kuat untuk melindungi pasangannya.
Itulah beberapa alasan mengapa roti buaya dipilih menjadi simbol pernikahan dan wajib diserahkan pada acara seserahan dari mempelai pria. Banyak filosofi lain yang mendasari adanya roti buaya dalam sebuah pernikahan tentunya menyesuaikan dengan wilayah dan adatnya masing-masing. Pesanrotibuaya.com akan melayani anda dalam menyiapkan segala kebutuhan roti buaya di Cikarang.